Menyebarluaskan ajaran Islam dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti ustaz yang berceramah dari atas mimbar. Namun, seorang muslimah berkewarganegaraan Brasil bernama Samira Ghannoum mampu menebarkan kedamaian Islam dari bilik dapur.
Samira Ghannoum adalah perempuan keturunan Lebanon-Brasil yang kini sangat menginspirasi bagi pecinta dunia masak memasak dan terutama Muslim di Brasil. Ini bermula ketika ia mengikuti kompetisi memasak bernama Bake Off Brasil pada 2015 lalu.
Bake Off Brasil adalah kontes masak yang digelar selama kurang lebih 13 pekan dan ditonton oleh jutaan orang di seluruh Amerika Latin. Pada babak final, Samira berhasil membuat kue pernikahan hanya dalam waktu dua jam. Ia menyabet penghargaan memasak tersebut tanpa sedikitpun memasukkan unsur makanan non-halal ke dalam makanannya.
Dilansir dari Memo, Selasa (2/3/2021), kemampuan Samira dalam kompetisi tersebut menarik hampir jutaan atensi penonton di Brasil. Performa terbaik ia tunjukkan tanpa menanggalkan identitas sebagai Muslimah.
Ia pun merasa bangga dengan pencapaian yang diraihnya dalam kompetisi tersebut.
“Saya sangat senang menjadi Muslimah pertama keturunan Arab yang memenangkan kompetisi ini,” ujar Samira Ghannoum.
Samira yang memiliki hobi memasak, sangat senang membuat makanan manis dan kue. Bahkan ia menjadi satu-satunya peserta yang paling sedikit membuat kesalahan. Tak hanya itu, kemampuan baking yang dimilikinya pun menuai pujian dari para juri. Mereka bahkan mengatakan bahwa Samira memang manusia yang dilahirkan dengan bakat memasak.
Menjalani hidup sebagai Muslim di negara mayoritas non-Muslim memang tidak mudah. Samira mengakui benar akan hal itu. Tetapi, itu bukan menjadi penghalang untuk dirinya mendakwahkan Islam.
Memang, keharaman alkohol dalam Islam mungkin bisa dianggap sebagai penghalang bagi seorang Muslim yang bergelut di bidang tata boga. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Samira Ghannoum.
Saat kompetisi Bake Off Brasil, Samira menjelaskan hal yang mengagumkam hingga membuat para juri dan penonton terkesima. Yaitu jika seorang Muslim tidak diperkenankan menggunakan alkohol dalam mencampurkan bahan makanan.
“Apabila saya diharuskan (untuk mencoba atau mencampur alkohol ke bahan makanan), saya lebih baik dieliminasi.” katanya.
Keteguhan hati Samira, ternyata membuka mata dewan juri serta penonton mengenai Islam. Tanpa mencampurkan bahan non-halal pun, makanan buatan Samira begitu nikmat dan sehat untuk dimakan.
Dari kisah Samira ini, membuktikan bahwa perbedaan tidak menjadi penghalang dalam dunia memasak. Keteguhan sikap Samira akhirnya menuai banyak pujian dari kalangan masyarakat.